(TUGAS INDIVIDU IV)
PENGENALAN
MODEL PEMBELAJARAN MELALUI ICT
MODEL
PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK
Wahana
utama dalam pengembangan sumber daya manusia adalah pendidikan dan pelatihan.
Namun bila memperhatikan keadaan geografi, sosial-ekonomi dan beragamnya
kebudayaan Indonesia, maka jelaslah bahwa sudah tidak memadai lagi (tidak
praktis) apabila hanya mengandalkan cara-cara pemecahan tradisional semata.
Karena itu, berbagai strategi alternatif yang berkaitan dengan permasalahan
perlu dijajagi, dikaji dan diterapkan.
Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau
tidak, mau atau tidak mau, harus berhubungan dengan teknologi khususnya
teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut telah
mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak
‘gagap’ teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang
terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh
kesempatan-kesempatan untuk maju.
Informasi sudah merupakan ‘komoditi’ sebagai layaknya
barang ekonomi yang lain. Peran informasi menjadi kian besar dan nyata dalam
dunia modern seperti sekarang ini. Hal ini bisa dimengerti karena masyarakat
sekarang menuju pada era masyarakat informasi (information age) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society). Oleh karena itu
tidak mengherankan kalau ada perguruan tinggi yang menawarkan jurusan informasi
atau teknologi informasi, maka perguruan tinggi tersebut berkembang menjadi
pesat.
Kecepatan yang diiringi dengan tuntutan kebutuhan
dapat memberikan sumbangan potensial pada sektor pendidikan dan pelatihan.
Potensi positif yang dimiliki teknologi tidak saja meningkatkan efesiensi dan
efektifitas serta keluwesan proses pembelajaran, tetapi juga berdampak pada
pengembangan materi, pergeseran peran guru/pelatih dan semakin berkembangnya
otonomi peserta didik.
Salah satu model pembelajaran yang ditawarkan
adalah model inovasi e-learning. e-Learning atau electronic learning kini
semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan,
baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Banyak
orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada
prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika
sebagai alat bantunya.
A.
Pengertian E-learning
E-Learning memang merupakan suatu teknologi
pembelajaran yang relatif baru di Indonesia. Untuk menyederhanakan istilah,
maka electronic learning disingkat
menjadi e-learning. Kata ini terdiri
dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang
merupakan singkatan dari ‘electronica’
dan ‘learning’ yang berarti
‘pembelajaran’. e-Learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan
perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau
kombinasi dari ketiganya.
Namun perlu disadari bahwa pemanfaatan e-Learning dalam pembelajaran ini
membutuhkan jaringan listrik. Pada sisi lain keadaan wilayah Indonesia yang
sangat luas dan penduduk yang banyak, belum semuanya dapat menikmati aliran
listrik. Dengan demikian penggunaan pembelajaran berbasis e-Learning ini hanya dapat dinikmati oleh penduduk yang di
wilayahnya sudah tersedia jaringan listrik.
Dalam
berbagai literatur, e-learning
didefinisikan sebagai berikut:
e-Learning is a generic term for all
technologically supported learning using an array of teaching and learning
tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite
transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided
instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi, Haryono
dan Librero, 2002).
Media elektronik adalah media yang
menyampaikan informasi melalui media elektronik.
Dengan
demikian, e-learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa
teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelite atau komputer.
Namun perlu diingat bahwa pemanfaatan satelit dan komputer menyajikan peluang
yang hanya akan mungkin dapat diwujudkan apabila investasi penting telah
dilaksanakan untuk melatih tenaga di semua tingkat, membiayai pengembangan
materi dalam berbagai media, dan memberikan kepastian akan kemudahan akses bagi
masyarakat yang menjadi sasaran
Terdapat beberapa pandangan yang mengarah kepada definisi E-Learning
diantaranya :
1. E-Learning adalah konvergensi antara
belajar dan internet (Bank of America
Securities).
2. E-Learning menggunakan kekuatan dan
jalinan kerja, terutama dapat terjadi dalam teknologi internet, tetapi juga
dapat terjadi dalam jalinan kerja satelit dan pemuasan digital untuk keperluan
pembelajaran (ellit Trossen).
3. E-Learning adalah penggunaan jalinan
kerja teknologi untuk mendesain, mengirim, memilih, mengorganisir pembelajaran
(Elliut Masie).
4. E-Learning adalah pembelajaran yang
dapat terjadi di internet (Cisco System).
5. E-Learning adalah dinamik, beroperasi
pada waktu yang nyata, kolaborasi, individu, konperhensif (Greg Priest).
6. E-Learning adalah pengiriman sesuatu
melalui media elektronik termasuk internet, extranet, satelit broadcast,
audio/video tape, televise interaktif dan cd-rom (Cornelia Weagen)
7. E-Learning adalah keseluruhan variasi
internet dan teknologi web untuk membuat, mengiri, dan memfasilitasi
pembelajaran (Robert Peterson dan Piper Jafray)
8. E-Learning menggunakan kekuatan dan
jalinan kerja untuk pembelajaran dimanapun dan kapanpun (arista Knowledge
System)
Umar Hamalik, Djamarah dan Sadiman dkk,
mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :
a.
Media auditif, menyampaikan informasi dengan mengandalkan suara
Contoh: radio, tape recorder
b.
Media visual, menyampaikan informasi dengan mengandalkan gambar
Contoh: kalkulator
c.
Media audiovisual, menyampaikan informasi dengan mengandalkan suara dan
gambar.
Contoh: tv, laptop, video
B. Konsep
e-Learning
Sebelum
e-learning lahir, yang populer lebih dulu ialah Computer Assisted Instruction
(CAI) dan Computer Assisted Learning (CAL). Media yang digunakan berupa
disket, PC (komputer pribadi) atau komputer mainframe yang diakses
melalui work station lokal. Awalnya, konsep CAI dan CAL diarahkan untuk menggantikan peran guru. Namun,
hal itu tidak mungkin dilakukan karena keterbatasan komputer diantaranya
komputer tidak mampu memberikan interaksi sosial yang maksimal, sehingga kedua
konsep itu dikombinasikan dengan guru.
Setelah komputer terhubung ke jaringan (dan kini
bahkan jaringan antar jaringan alias internet), istilahnya bergeser menjadi e-learning.
Di situlah terjadi perubahan paradigma dari teaching menjadi learning.
Dengan demikian, pemanfaatan e-Learning
dipusatkan pada kegiatan belajar, bukan mengajar.
E-learning bukan sekadar bermain dan berselancar di dunia
maya, klik sana-sini untuk pindah dari satu situs ke situs lain, men-download,
berlatih, mencerna, menjawab pertanyaan, menemukan, dan menyebabkan dirinya
berubah, menjadi lebih cerdas, menjadi dapat belajar lebih banyak lagi.
Banyak para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya.
Karena e-learning kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan
e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik
(radio, televisi, film, komputer, internet, dll). Jaya Kumar C. Koran (2002),
mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang
menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan
isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan
e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media
internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning
sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer
yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
Rosenberg (2001) menekankan bahwa
e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan
serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Bahkan
Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang
digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik
internet.
Secara lebih rinci Rosenberg (2001)
mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-Learning, yaitu:
a. e-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki
secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing
pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning,
sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
b. e-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan
menggunakan standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones,
pagers, dan alat bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan
pembelajaran tetapi tidak bisa digolongkan sebagai e-learning.
c. e-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas,
solusi pembelajaran yang menggungguli paradigma tradisional dalam pelatihan.
Uraian di atas menunjukan bahwa sebagai
dasar dari e-Learning adalah
pemanfaatan teknologi internet. e-learning
merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital
melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-Learning
dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan
konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-Learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model
pembelajaran konvensional. Dalam
hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-Learning
sebagai berikut:
a.
e-Learning
merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara
on-line.
b.
e-Learning
menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara
konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM,
dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan
globalisasi.
c.
e-Learning tidak
berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan
teknologi pendidikan.
Kapasitas siswa amat bervariasi
tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan
antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik
kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Pada dasarnya cara penyampaian atau cara
pemberian (delivery system) dari e-Learning,
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.
One
way communication (komunikasi satu arah); dan
2.
Two
way communication (komunikasi dua arah).
Komunikasi atau interaksi antara guru
dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Dalam e-learning, sistem
dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Dilaksanakan melalui cara langsung
(synchronous). Artinya pada saat instruktur memberikan pelajaran, murid dapat
langsung mendengarkan; dan
2. Dilaksanakan melalaui cara tidak
langsung (a-synchronous). Misalnya pesan dari instruktur direkam dahulu sebelum
digunakan.
C. Pemanfaatan e-Learning
dalam Pembelajaran
Dunia pendidikan
terimbas pula oleh pesatnya perkembangan jagat maya. Sekolah lewat internet
menjadi sesuatu hal yang memungkinkan. e-learning, sebuah alternatif media
pendidikan yang tidak mengenal ruang dan waktu.
Model sekolah
lewat internet seharusnya ideal buat negeri kita.
Pemanfaatan e-learning tidak terlepas
dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu
lengkap, maka hal ini akan berpengaruhi terhadap tugas guru dalam proses
pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran guru
disebut the era of teacher, sementara
siswa hanya mendengar penjelasan guru. Kemudian, proses belajar dan mengajar
didominasi oleh peran guru dan buku (the
era of teacher and book) dan pada saat ini
proses belajar dan mengajar didominasi oleh peran guru, buku dan
teknologi (the era of teacher, book and
technology).
Teknologi internet pada hakekatnya
merupakan perkembangan dari teknologi komunikasi generasi sebelumnya. Media
seperti radio, televisi, video, multi media, dan media lainnya telah digunakan
dan dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi media internet yang
memiliki sifat interaktif, bisa sebagai media massa dan interpersonal, dan
sumber informasi dari berbagai penjuru dunia, sangat dimungkinkan menjadi media
pendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu Khoe Yao Tung
(2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet
akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili
sumber belajar yang penting di dunia.
Dengan fasilitas yang dimilikinya,
internet menurut Onno W. Purbo (1998) paling tidak, ada tiga hal dampak positif penggunaan
internet dalam pendidikan yaitu:
a.
Peserta
didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di seluruh dunia tanpa
batas institusi atau batas negara.
b.
Peserta
didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang diminatinya.
c.
Kuliah/belajar
dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada
universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu saat ini hadir pula perpustakan internet yang
lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat raya.
Pendapat ini hampir senada dengan Budi
Rahardjo (2002). Menurutnya, manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi
akses kepada sumber informasi, akses kepada nara sumber, dan sebagai media
kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line,
sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi kuliah.
Akses kepada nara sumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara
fisik. Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk
melakukan penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama.
Penelitian di Amerika Serikat tentang
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk keperluan pendidikan
diketahui memberikan dampak positif (Pavlik, 19963)). Studi lainya dilakukan
oleh Center for Applied Special Technology (CAST), “bahwa pemanfaatan internet
sebagai media pendidikan menunjukan positif terhadap hasil belajar peserta
didik4)”.
Walaupun masih banyak kendalanya,
terlebih di Indonesia, kesenjangan mutu pendidikan antar-daerah seperti itu
setidaknya bisa dijembatani dengan model sekolah lewat internet, e-learning.
Syaratnya, mengubah paradigma teaching menjadi learning.
Pembelajaran (learning) berbeda dengan pengajaran (teaching).
Banyak definisi, redefinisi, atau kutipan mengenai learning. Intinya, belajar
itu menyangkut perubahan terhadap diri-sendiri, mengubah perilaku, melakukan discovery
(menguak apa yang semula tertutup). Pendeknya, belajar mengubah seseorang
menjadi cerdas, bukan sekadar pintar. "Pintar" dan "cerdas"
berbeda: smart people know from repetition of others. Intelligent people can
figure it out by themselves.
Sedangkan dalam pengajaran guru atau
instruktur memberikan waktu, energi, dan usaha untuk menyiapkan murid atau anak
didik sesuai dengan tujuan instruksional. Guru memberi, murid menerima. Namun,
orang yang diajar oleh guru atau melalui komputer belum tentu belajar, karena
hasil belajar mensyaratkan adanya perubahan terhadap diri-sendiri.
D. Model Pembelajaran Berbasis e-Learning
Pengembangan pembelajaran berbasis
e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai tujuan yang diinginkan. Jika
kita setuju bahwa e-learning di dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis
internet, maka pendapat Haughey (1998) perlu dipertimbangkan dalam pengembangan
e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem
pembelajaran berbasis internet, yaitu web
course, web centric course, dan web
enhanced course”. Web course
adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik
dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka.
Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan
kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar
tanpa tatap muka (jarak jauh) dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui
internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi.
Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari
materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan
untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka,
peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang
telah dipelajari melalui internet tersebut.
Hasil penelitian yang menguji penggunaan teknologi
pembelajaran bagi siswa (dengan mengakses website yang merujuk pada tampilan
powerpoint untuk catatan dan persiapan ujian) dan metode belajar yang relatif
lebih tradisional (membaca buku teks dan mencatat di kelas dari buku), serta
pengaruh strategi belajar terhadap nilai ujian mereka dan kehadiran di kelas,
menunjukkan siswa yang digolongkan tinggi pada penggunaan teknologi dan metode belajar tradisional menunjukkan
prestasi dan kehadiran yang lebih tinggi daripada siswa yang digolongkan rendah
dalam penggunaan kedua metode belajar yang menggunakan teknologi dan metode
belajar tradisional. (Kathleen Debevec, 2006).
Model web enhanced course adalah
pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang
dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan
komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota
kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran
pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet,
membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan
bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati,
melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang
diperlukan.
Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan
materi pelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik.
Materi pelajaran didesain seolah peserta didik belajar dihadapan pengajar
melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat
menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002)
mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu
“sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta
didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada
panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu
sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar
itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya.
Komunikasi atau interaksi antara guru
dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Dalam e-learning, sistem
dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous). Artinya pada saat
instruktur memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan; dan
2. Dilaksanakan melalaui cara tidak
langsung (a-synchronous). Misalnya
pesan dari instruktur direkam dahulu sebelum digunakan.
Syarat personal berarti pengajar dapat
berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi
dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih
personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala
persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah
berlama-lama di depan layar komputernya.
Kemudian layanan ini ditunjang dengan
kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik
lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin
oleh pengajar atau pengelola.
Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah
peserta didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam
sistem digital melalui internet. Oleh karena itu e-leraning perlu mengadaptasi unsur-unsur
yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai
dari perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre
test, membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian
materi yang jelas, contoh-contoh kongkrit, problem solving, tanya jawab,
diskusi, post test, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena
itu merancang e-learning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar,
ahli materi, ahli komunikasi, programmer, seniman, dan sebagainya.
Penerapan pembelajran melalui media
elektronik
1.
Aspek
NAM ( nilai agama dan moral) {di perlihatkan video yang berhubungan dengan NAM}
2.
Aspek
motorik kasar dan halus ( anak menggerak-gerakkan mouse)
3.
Aspek
kognitif ( menyebut bagian-bagian suatu gambar seperti gambar wajah orang,
mobil, binatang, dan mengenal bagian-bagian tubuh)
4.
Aspek
sosial emosional
5.
Aspek
bahasa (memperdengarkan lagu-lagu anak melalui radio dll, dan menyuruh anak
untuk menghapalkan lagu-lgu tersebut , danmembacakan dongeng)
E. Kelebihan Dan Kekurangan e-Learning
Dari berbagai pengalaman dan juga dari
berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan petunjuk tentang
manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh
(Elangoan, 1999, Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997), antara lain
dapat disebutkan sbb:
a. Tersedianya fasilitas e-moderating di
mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet
secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan
tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
b. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan
ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet,
sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari;
c. Siswa dapat belajar atau me-review bahan
ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar
tersimpan di komputer.
d.
Bila
siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
e.
Baik
guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti
dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas.
f.
Berubahnya
peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif;
g.
Relatif
lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi
atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang
bertugas di kapal, di luar negeri, dsb-nya.
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran
atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik
(Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain dapat disebutkan sbb:
a.
Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau
bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat
terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar;
b.
Kecenderungan
mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya
aspek bisnis/komersial;
c. Proses belajar dan mengajarnya cenderung
ke arah pelatihan daripada pendidikan;
d. Berubahnya peran guru dari yang semula
menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui
teknik pembelajaran yang menggunakan ICT;
e. Siswa yang tidak mempunyai motivasi
belajar yang tinggi cenderung gagal;
f. Tidak semua tempat tersedia fasilitas
internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon
ataupun komputer);
g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan
memiliki ketrampilan soal-soal internet; dan
h.
Kurangnya
penguasaan bahasa komputer.
Profil peserta
e-Learning adalah seseorang yang (1) mempunyai motivasi belajar mandiri yang
tinggi dan memiliki komitmen untuk belajar secara sungguh-sungguh karena
tanggung jawab belajar sepenuhnya berada pada diri peserta belajar itu sendiri
(Loftus, 2001), (2) senang belajar dan melakukan kajian-kajian, gemar membaca
demi pengembangan diri secara terus-menerus, dan yang menyenangi kebebasan, (3)
mengalami kegagalan dalam mata pelajaran tertentu di sekolah konvensional dan
membutuhkan penggantinya, atau yang membutuhkan materi pelajaran tertentu yang
tidak disajikan oleh sekolah konvensional setempat maupun yang ingin
mempercepat kelulusannya sehingga mengambil beberapa mata pelajaran lainnya
melalui e-Learning, serta yang terpaksa tidak dapat meninggalkan rumah karena
berbagai pertimbangan (Tucker, 2000).
Pengkritik e-Learning
mengatakan bahwa “di samping daerah jangkauan kegiatan e-Learning yang terbatas
(sesuai dengan ketersediaan infrastruktur), frekuensi kontak secara langsung
antarsesama siswa maupun antara siswa dengan nara sumber sangat minim, demikian
juga dengan peluang siswa yang terbatas untuk bersosialisasi (Wildavsky, 2001).
Terhadap kritik ini, lingkungan pembelajaran elektronik dapat membantu
membangun/mengembangkan “rasa bermasyarakat” di kalangan peserta didik
sekalipun mereka terpisah jauh satu sama lain.
Guru atau instruktur dapat menugaskan peserta didik untuk
bekerja dalam beberapa kelompok untuk mengembangkan dan mempresentasikan tugas
yang diberikan. Peserta didik yang menggarap tugas kelompok ini dapat
bekerjasama melalui fasilitas homepage atau web. Selain itu, peserta didik
sendiri dapat saling berkontribusi secara individual atau melalui diskusi
kelompok dengan menggunakan e-mail (Website kudos, 2002).
Concord Consortium (2002) (http://www.govhs.org/)
mengemukakan bahwa pengalaman belajar melalui media elektronik semakin
diperkaya ketika peserta didik dapat merasakan bahwa mereka masing-masing
adalah bagian dari suatu masyarakat peserta didik, yang berada dalam suatu
lingkungan bersama. Dengan mengembangkan suatu komunitas dan hidup di dalamnya,
peserta didik menjadi tidak lagi merasakan terisolasi di dalam media
elektronik. Bahkan, mereka bekerja saling bahu-membahu untuk mendukung satu
sama lain demi keberhasilan kelompok.
Lebih jauh dikemukakan bahwa di dalam kegiatan e-Learning,
para guru dan peserta belajar mengungkapkan bahwa mereka justru lebih banyak
mengenal satu sama lainnya. Para peserta belajar sendiri mengakui bahwa mereka
lebih mengenal para gurunya yang membina mereka belajar melalui kegiatan
e-Learning. Di samping itu, para guru e-Learning ini juga aktif melakukan
pembicaraan (komunikasi) dengan orangtua peserta didik melalui telepon dan
email karena para orangtua ini merupakan mitra kerja dalam kegiatan e-Learning.
Demikian juga halnya dengan komunikasi
antara sesama para peserta e-Learning.